Resensi Novel: Separuh Kaku

DSCN4037

Judul: Separuh Kaku
Penulis: Setiyo Bardono
Penerbit: Senja
Tahun terbit: 2014
Jumlah Halaman: 248
Genre: Humor
ISBN: 9786027968974

Blurb

Kepindahan orang tua dari Depok ke Cilebut membuat Panji akrab dengan kereta rel listrik (KRL). Melalui tragedi ingus, Panji berkenalan dengan Eka Naomi Keretawati hingga berujung pada peristiwa Salah Wati. Entah mengapa sejak menjadi TRAINer, istilah keren untuk penumpang kereta, Panji dekat dengan gadis-gadis yang namanya berhubungan dengan kereta. Sebelumnya Eka Naomi Keretawati, sekarang Eva Peron. Eva sendiri sering dipakai roker untuk mengistilahkan kereta ekonomi. Eva, ekonomi vanas. Hingga kekecewaan cinta membuat Panji menjalani jalur salah dengan naik di atap kereta.
Ikuti kisah Panji, seorang TRAINer, dalam kesehariannya di ular besi.

Sepanjang pengalaman membaca saya, ide bertema stasiun dan kereta yang saya temukan dari bacaan lebih banyak diambil oleh genre sastra, romance, atau lagu-lagu bernafaskan romantisme dan drama. Namun kali ini Setiyo Bardono memformulasikan stasiun dan kereta dengan genre humor. Saya pun menemukan banyak hal unik di dalamnya.

Panji dalam novel ini digambarkan sebagai pemuda Kampung Cilebut yang mencari jati diri. Ia rela prihatin dengan berdesakan di kereta demi meraih cita-citanya untuk bisa kuliah selepas SMA. Sejak pindah rumah ia tak punya pilihan efektif lain selain naik kereta ke sekolahnya di daerah Depok. Menjadi langganan kereta ekonomi, tentunya ia pun jadi akrab dengan berbagai suasana di KRL. Mulai dari bertemu Naomi (Wati) yang berujung pada salah Wati, hingga tragedi kecelakaan penumpang atap yang menimpa salah satu sahabatnya.

Di samping mengamati, ia juga punya sudut pandang konyol mengenai hal-hal di sekitarnya. Sebagai penumpang rutin, ia bahkan punya ikatan kekeluargaan dengan penumpang lain yang setiap hari ditemuinya di gerbong tiga karena perasaan senasib seberdesakan. Selain itu ia juga menemukan belahan hatinya walaupun tidak berujung baik. Guyon khas yang mengalir natural dan ringan dalam novel ini berhasil membuat saya jadi senyum-senyum sendiri sampai ngakak selama membacanya.

Berbicara tentang genre humur, memang tidak mudah menampilkan komedi karena selain itu berhubungan dengan keterampilan dan pengalaman, juga berkaitan dengan selera audience. Tapi menurut saya, justru karena berangkat dari masyarakat menengah ke bawah, membuat buku ini dekat dengan kehidupan sehari-hari sehingga terasa akrab. Selama ini saya jarang menemukan buku bergenre humor yang betulan bikin tertawa. Mungkin karena saya punya selera humor yang gampang-gampang sulit, hehe.

Kelebihan novel ini juga terletak pada kritik sosial. Penulis seperti mengajak pembaca untuk melihat lebih dekat kondisi kereta ekonomi dan melihat masyarakat dari segi transportasi umum dari sudut pandang remaja bernama Panji dan berbagai peristiwa kocak yang dialaminya. Menyorot masyarakat KRL gerbong ekonomi itulah yang membuat novelnya terasa membumi dan akrab. Panji berbicara dari banyak hal, mulai dari kondisi KRL yang selalu berdesakan, tips naik kereta, hingga informasi jajananan khas sekitar stasiun seperti lontong dan gorengan yang dipotong menggunakan gunting hingga tahu sumedang.

Di samping menghadirkan hiburan, novel ini juga mengajak kita sedikit banyak merenungi perihal seputar fasilitas umum yang dekat dengan kita sehari-hari, terutama yang berhubungan dengan KRL Ekonomi. Novel ini juga diselingi puisi-puisi ringan dan lirik lagu gubahan ala Panji yang kadang konyol yang sepertinya merupakan keahlian penulis. Dilihat dari diksinya, penulis konsisten mengangkat tema KRL dan stasiun. Bahkan termasuk nama tokoh-tokohnya. Setiyo B. juga menyelipkan ramalan bintang edisi KRL Ekonomi yang bikin ‘mules’ saat membacanya. Misalnya seperti ramalan zodiac Panji berikut ini.

halaman 172

halaman 172

Dalam segi teknis, cover menggunakan gambar yang lucu dengan jenis font yang nyaman dibaca dan tidak mengikuti buku-buku yang lainnya. Seperti memang ditujukan untuk bacaan super santai.
Membaca profil penulsi di halaman belakang, Setiyo B rupanya pernah menerbitkan buku dengan tema serupa yaitu, Mimpi Kereta di Pucuk Cemara dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta. Sudah dapat ditebak si penulis jelas melahirkan ide-ide kreatif ini dari pengalamannya ber-KRL ria 🙂

Ada beberapa salah ejaan dan typo yang tidak terlalu berpengaruh dan dapat disempurnakan lagi di cetakan berikutnya.
Overall, membuat saya beruntung menemukan buku ini. Berharap dapat membaca buku Setiyo B. selanjutnya. Novel “Separuh Kaku” ini rocommended untuk dibaca sebagai hiburan di kala senggang.:)